Waktu menunjukan pukul 1:34 dini hari, target progres tugas mata kuliah Desain Arsitektur Akhir untuk besok masih belum terpenuhi, tapi di sinilah gue, dalam sudut-sudut perambah, menyusuri tab demi tab dan asik scrolling artikel demi artikel. Bukannya sudah lupa dengan surat cinta gue pada Google Chrome yang gue buat 6 tahun lalu itu, tapi mau gimana lagi, gue gak bisa berhenti kepikiran kalau besok, situs web yang beberapa tahun ini sudah mencuri hati gue, Mojok.co, akan ditutup. Yaaa walaupun kesan pertama gue sama situs ini pas liat logonya adalah: "web apaan nih? terselubung yang baru?" soalnya font nya mirip hahahaha. Ibarat Sandy yang kalap untuk bersenang-senang semaksimal mungkin sebelum dia pergi hibernasi sepanjang musim dingin, gue pun kalap untuk bacain artikel-artikel Mojok yang belum pernah gue baca sebelum dia pergi hibernasi..... untuk selamanya.
Tidak akan ada lagi artikel-artikel yang kritis, cerdas, tapi menghibur yang gak jarang bikin nyengir kuda itu. Ya, kalau gak ada unsur ketiga itu, memang bukan Mojok namanya. Buat teman-teman yang belum tau apa itu Mojok.co, dianya mendefiniskan diri sebagai "media selow yang mewadahi tulisan para penulis yang punya energi serta kreativitas berlebih. Sebuah media alternatif dengan konten segar dan menghibur. Media untuk bersenang-senang dan bergembira bersama." Setiap harinya, Mojok akan menerbitkan satu tulisan kiriman penulis dengan tema-tema tertentu, kadang tentang isu yang lagi banyak dibicarakan, kadang ya yang gak berhubungan sama sekali. Namun yang pasti, tulisan-tulisan yang sudah dikurasi dan disunting oleh tim redaksi tersebut tetap menggaungkan tagline Mojok: "sedikit nakal banyak akal!".
sumber: twitter Mojok (@Mojokdotco) |
Media yang satu ini memang pamali hukumnya untuk disamakan dengan media lainnya. Bagi gue sendiri, Mojok adalah tempat pelarian dari segala hiruk pikuk keriweuhan di tikungan-tikungan media di luar sana, terutama media sosial. Yah seperti kita semua rasakan, semakin hari rasanya kebutuhan akan tempat pelarian semacam itu semakin esensial untuk tetap menjaga kewarasan para manusia di era dihital ini. Dan selama tiga tahun singkatnya itu, Mojoklah tempat gue mojok menghindari kegaduhan itu untuk sementara. Yang beberapa jam lagi akan segera tiada. Agh... scroll, scroll, scroll...
Mungkin penyesalan terbesar gue adalah, gue belum pernah sekalipun mengirimkan tulisan. Mencoba mengirimkanpun belum. Padahal ada keinginan, tapi dengan alasan belum pede, niat itu beberapa kali diurungkan. Agh. Bedon. Namun pada akhirnya, seperti apa kata Mbak Nurjanah dalam tulisannya menjelang ditutupnya Mojok, para jamaah Mojokiyah harus menerima kenyataan pahit dan move on dari situs pikaseubeleun ini. Mungkin ke buku-bukunya yang tetep selalu gue nantikan terbitan terbarunya, atau ke situs lain. Ya, saatnya mencari tempat mojok baru.
Ah... setidaknya ada satu hal positif bagi gue dari peristiwa ini. Sekarang, setidaknya kalau nanti di hadapan kepala botol permainan truth or dare, atau dalam sebuah obrolan tengah malam ngalor ngidul yang dengan entah siapa begimana rupa, gue ditanya: "pernah ditinggal pas lagi sayang-sayangnya?", akhirnya gue bisa jawab (dengan mantap): "PERNAH!"
ENJOY YOUR DAY!