Cara Mengatasi Error "Your Connection Is Not Private NET::ER_CERT_DATE_INVALID" Google Chrome
Browser 3/25/2015Beberapa waktu lalu, laptop gue rusak dan harus diservis dalam waktu yang cukup lama. Setelah kembali ke pangkuan, gue pun langsung ingin melepas rindu dengan dia dan berselancar kembali di internet. Tapi ada yang aneh, saat buka browser dan mencoba akses google, gue gak bisa. Gak cuma web google, tapi semua layanan google seperti gmail, blogger, dan youtube pun gak bisa dibuka. Ada pesan error dengan gambar gembok merah dan tulisan "Your Connection Is Not Private" yang tidak gue mengerti pada halamannya. Di bawahnya ada error code NET::ER_CERT_DATE_INVALID.
tanya kenapa? |
Tapi buka web lainnya seperti facebook dan twitter lancar jaya aja, cuma google dan anak-anaknya yang gak bisa diakses. Ternyata ini terjadi di semua browser, gak cuma di google chrome, tapi juga di Mozilla Firefox dan Internet Explorer, walau di Mozilla bisa dikasih pilihan untuk masukin web itu ke exception list yang akan mengabaikan pesan error itu dan akhirnya tetap bisa diakses. Tapi tetep aja repot karena setiap ke url yang gak bisa harus ngasih exception dulu.
Cari-cari solusinya di internet, eh ternyata sangat sederhana dan akhirnya semuanya kembali normal. Jadi, ternyata karena tanggal di komputer kita gak sesuai. Pas gue cek tanggal di pojok kanan bawah layar, eh iya tanggalnya ketinggalan beberapa hari. Dan yang harus dilakukan adalah tinggal benerin tanggalnya. Lalu tutup dan buka lagi browser dan coba akses google, taraa! sudah bisa diakses kembali seperti semula.
Nih biar jelas kasih step by step dah ya :
klik jam di pojok kanan bawah |
akan muncul jendela ini, klik Change date and time |
pilih tanggal yang sesuai dengan saat ini. |
tutup dan buka lagi browser lalu akses google. Taraaa sudah bisa diakses! |
Kenapa error ini bisa terjadi? Karena tanggal yang kelambatan atau kecepetan, saat kita coba akses website, Google Chrome akan coba cek certificate dari web tersebut apakah up-to-date atau tidak. Nah saat tanggal kita gak sesuai, maka terjadilah SSL error, Google Chrome nya bingung menentukan website itu aman apa nggak dan akhirnya berkesimpulan kalo website itu gak aman dan gak bolehin kita akses. Kurang lebih gitu deh (CMIIW).
Kadang kalau tanggal kita salah, pesan error yang muncul juga bisa "Your clock is behind" atau "Your clock is ahead". Kalo yang mucul itu sih jelas ya.
Untuk penjelasan lengkapnya tentang error ini, sila baca di support google nya langsung di sini.
Jadi begitulah Cara Mengatasi Error "Your Connection Is Not Private NET::ER_CERT_DATE_INVALID" Di Google Chrome, semoga bisa membantu teman-teman yang menemukan masalah yang sama.
ENJOY YOUR DAY!
Salah satu hasil obrolan pada kopdar #4mazingKK Februari lalu tentang tempat-tempat wisata di Malang yang layak dikunjungi adalah kesimpulan bahwa: gue jarang jalan-jalan. Hampir dua tahun di Malang, tempat-tempat yang udah gue kunjungi baru sedikit--setidaknya jika dibandingkan dengan temen-temen gue. Sebenernya sering diajakin ngebolang, naek motor kemana-mana, tapi sebagai extrovert yang introvert (?), kebanyakan gue gak ikut karena berbagai pertimbangan. Padahal kata Ridwan Kamil dalam bukunya, Mengubah Dunia Bareng-Bareng, travelling adalah investasi, apalagi bagi arsitek. Travelling sangat dibutuhkan untuk mendapat inspirasi-inspirasi baru untuk desain. Hal ini juga diamini oleh dosen salah satu mata kuliah, yang bercerita tentang masa-masa kuliahnya dulu yang demen keluyuran dan jalan-jalan, selain untuk melepas penat karena tugas yang berat, sekaligus juga untuk mencari inspirasi desain. Maka dari itu, saat temen-temen Kancut Keblenger Malang bersepakat akan jalan-jalan ke Pantai Clungup di Malang Selatan pada hari Sabtu 21 Maret 2015 kemaren, gue gak mau ketinggalan.
Kita janjian pukul enam di depan Universitas Negeri Malang, walau tak tepat waktu, satu persatu yang mengkonfirmasi ikut, datang. Empat, lima, enam, tujuh orang sudah berkumpul, tinggallah satu lagi yang belum datang: Mas Rian. Kita tungguin dia, dan jam delapan baru muncul. Iya, jam delapan! Gue lupa persisnya jam berapa dia datang, yang jelas kami tidak sempat mengecek berapa jam tepatnya keterlambatannya karena bergegas berangkat ke tempat sarapan. Turns out tempat sarapannya deket kos gue, dan Mas Rian nitip motor juga di kos gue, yang berarti setelah setengah jam berjalan kaki dari kosan ke tempat janjian, gue kembali lagi ke kosan. Tapi gapapa, sekalian ngambil baju ganti, siapa tau di sana basah-basahan.
sarapan pecel dulu bro |
Kita pun berangkat, empat motor, menuju tujuan. Baru beberapa kilometer dari titik start, satu motor hilang dari rombongan: Mas Rian dan Mbak Fasta menghilang. Di dekat stasiun, kita menghubungi mereka dan ternyata Mas Rian yang menyetir--walau sudah diberitahu jalur yang dilewati sebelumnya--mengambil jalur lain yang berbeda dengan yang disepakati. Mungkin Mas Rian tidak mengerti konsep ilang, yaitu, yang dianggap ilang adalah yang minoritas. Berhubung dalam kasus ini adalah satu motor vs tiga motor, maka, walaupun jalur yang diambil Mas Rian dan Mbak Fasta lebih cepat sampai, lebih mulus, dan lebih bersahaja, tetap saja mereka yang dianggap hilang. Jadi, kamipun harus janjian di satu titik tertentu untuk bertemu dengan Mas Rian dan Mbak Fasta, belum termasuk waktu saling tunggu-menunggunya. Mas Rian tak diperbolehkan lagi jalan paling belakang.
Perjalanan yang ditempuh lumayan lama, sekitar tiga jam naik motor dari Kota Malang sampai ke lokasi pantai Clungup. Sebelum berangkat, gue sempat nanya ke beberapa temen tentang pantai Clungup, ternyata gak ada yang tau. Kesimpulannya belum banyak yang tau dan kemungkinan pantainya sepi, ini membuat gue makin bersemangat. Dari kami berdelapan pun, cuma Ashya yang pernah ke sana. Ternyata, pantai ini dekat Pantai Goa Cina (yang sudah banyak diketahui orang), dan setiap di perjalanan kita melihat banyak mobil travel dan orang-orang motoran, kita berharap mereka mau ke Goa Cina dan bukan ke Clungup. Ini mengingatkan gue sama pantai Sawarna, yang juga banyak orang gak tau, tapi pantai-pantai di dekatnya seperti Pulo Manuk, sangat ramai.
sound system di truk ini nyala sepanjang jalan dan nyetel lagu remix, menghibur pengendara di belakangnya. |
Medan yang ditempuh untuk mencapai Pantai Clungup pun mengingatkan gue kepada Pantai Sawarna. Untuk sampai ke pantai, kita harus melewati bukit dulu, maka tak heran kalau jalannya berliku-liku. Sesekali kami berhenti jika jarak antar motor sudah terlalu jauh, apalagi Bahrul yang bonceng gue, bawa motornya kenceng dan jago nyalip-nyalip di jalanan berliku, jadi kita sering berhenti untuk menunggu yang lain sambil melemaskan dengkul yang kopong pegal dan pantat yang mulai tepos.
Akhirnya kami sampai di daerah kampung dekat Pantai Clungup, pada suatu titik, jalan sudah semakin sempit dan berbatu sehingga kami menitipkan motor di sebuah tempat penitipan yang dijaga oleh ibu-ibu dan anjingnya. Perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki.
Sampailah kami pada sebuah posko yang merupakan pintu masuk ke kawasan Pantai Clungup. Ternyata, Clungup ini adalah kawasan konservasi bakau, ini juga terlihat dari banyaknya pohon bakau di sepanjang jalan yang kami lewati. Di posko ini, para pengunjung diwajibkan checklist barang bawaan, didata bawa makanan ringan berapa, plastik berapa, minuman botol berapa, lalu dicatat, agar nanti ketika pulang, jumlah sampah yang harus dibawa sama dan tidak boleh ada yang ditinggal di lokasi (walau kami tidak bertanya jika membawa sampah lebih apa mendapat piring cantik).
Perjalanan kami lanjutkan dengan tetap berjalan kaki, sampai terdengar deru ombak, gue merasa makin bersemangat, ketika tercium bau air laut, gue baru ingat bahwa sudah lama sekali tidak merasakan sensasi ini, dan ketika melihat birunya laut dan putihnya pasir Pantai Clungup, kerinduan akan pesisir pun terbayarkan sudah, betapa mungkin sudah dua tahun gue gak ke pantai, dan hari itu terbayarkan dengan pantai yang sangat indah. Perjalanan dari tempat penitipan motor kami sampai di bibir pantai kurang lebih dua puluh menitan. Manajemen yang baik dari pengelola membuahkan hasil yang baik: pantai yang sangat bersih.
foto oleh Arul |
Tak ada yang bisa menahan kesenangan saat itu, semuanya berlarian di pasir dan berteriak melihat birunya laut dan pecahan ombak di bukit karang. Kami semua pun akhirnya tak bisa lagi menahan hasrat untuk merasakan langsung air lautnya: untuk berenang, walau tak direncanakan dan ada yang tidak membawa baju ganti. Memang tak terlalu sepi, tapi juga jauh dari kata ramai, lebih dari cukup ruang untuk kami lari-larian dan berenang, cerahnya langit di musim hujan seperti ini pun mengamini. Terimakasih untuk penangkalan hujannya, Mas Hadyan. #eh.
but first... |
Kami berenang, bermain pasir, menimbun Arul, membully Mas Rian, pokoknya bersenang-senang. Gue pun melupakan secara penuh handphone dan kamera yang gue taro di tas, mencoba menikmati secara maksimal momen itu tanpa disibukkan dengan update status atau berfoto.
foto oleh Arul |
foto oleh Arul |
foto oleh Arul |
foto oleh Arul |
Sampai air laut mulai surut, kami sudah lelah dan puas bermain, kaki Mas Dhimas berdarah kena karang, dan Mbak Fasta yang galau, kami pun pulang. Kembali berjalan kaki menuju tempat penitipan motor tadi. Di sepanjang jalan itupula kami nyerocos tentang apa saja, mulai dari kenangan semasa SMA sampai google adsense (akhirnya ngomongin blog!).
Perjalanan pulang dilalui dengan ngantuk, khawatir kecelakaan, Bahrul pun memutuskan berhenti dulu di alfamart untuk beli kopi, sambil nunggu yang lain. Kami berencana makan bakso dulu sebelum pulang, namun nasib berkata lain. Spell nya Mas Hadyan untuk menangkal hujan nampaknya sudah habis, langitpun berubah mendung disusul hujan deras dan angin yang kencang. Kami pun berteduh di pom bensin terdekat, makan cilok bakar sambil menunggu hujan reda. Ketika hujan reda, karena baru pada makan cilok, hasrat untuk makan bakso pun hilang, dan semua sepakat udah pada capek, kami pun pulang ke habitat.
kahujanan (foto oleh Arul) |
diupload biar bisa dihapus #eh |
Ini pertama kalinya gue ke pantai selama di Malang, dan Pantai Clungup ini recomended banget deh bagi kamu yang pengen pergi ke pantai di sekitaran Malang. Semoga kapan-kapan bisa jalan-jalan lagi bersama para kawancut jomblo ini.
ENJOY YOUR DAY!
Apa kamu pernah mau bikin postingan dari suatu event, tapi gak enak karena sebelum event itu ada event lain yang belum diposting, dan akan terasa melangkahi? Postingan inilah contohnya. Kemaren gue sama temen-temen komunitas Kancut Keblenger regional Malang abis jalan-jalan ke pantai, dan pulang dari sana pengen langsung nulis postingan tentang itu, tapi karena tiga minggu sebelumnya kita kopdar dan gue belum bikin postingannya, jadi berasa ada hutang, jadi sekarang mau lunasin dulu hutangnya ya, abis itu baru nulis tentang jalan-jalan kemaren heuheu.
Pada tanggal 28 Februari 2015, Kancut Keblenger mengadakan kopdar serempak bertajuk #4mazingKK di seluruh Indonesia dalam rangka ulangtahunnya yang ke 4. Kopdar serempak ini maksudnya kopdar barengan di berbagai tempat di seluruh Indonesia, soalnya member KK udah sampe ribuan member yang tersebar di seluruh kota
Karena lumayan sering ikut kopdar-kopdar KK di Jabodetabek waktu belum pindah ke Malang, gue pun ditunjuk Kak Vina buat jadi Jendral KK Malang, semacam koordinator untuk regional Kota Malang. Menghadapi kopdar serempak 28 Februari, tentu saja tugasnya termasuk mengkoordinir para kawancut yang berada di Malang untuk mempersiapkan kopdar. KK Malang sendiri sebenarnya sudah pernah kopdar sebelumnya, yang dihadiri oleh lima orang kawancut, kebetulan waktu itu gue gak bisa ikut karena lagi di Tangerang, jadi bisa dibilang gue belum kenal sama sekali dengan para kawancut Malang ini dan belum pernah ketemu. Maka gue harus mulai dari awal, melihat database anggota KK yang berdomisili di Malang, menghubungi mereka satu-satu dan ngajakin kopdar.
Singkat cerita, setelah mendiskusikan lokasi kopdar dan tektekbengeknya, kita sepakat mengadakan kopdar di Alun-Alun Balai Kota Malang, alias Alun-Alun Tugu jam 10 pagi. Alun-alun ini dipilih karena aksesnya yang mudah buat yang gak bawa kendaraan dan angkoters seperti gue heuheu. Dengan dresscode merah, jam 10 pas gue turun dari angkot di alun-alun. Pagi itu alun-alun sepi, hanya segelintir mas-mas terduga maba yang sedang foto-foto dengan background tugu. Gue pun menunggu di spot yang ditentukan: yang menghadap balai kota. Karena cukup panas, gue duduk di bawah pohon yang sebenarnya tajuknya juga kurang menaungi itu.
Gue pun baru inget problem kopdar pertama gini: kita belum tau siapa-siapa, jadi walaupun mereka udah dateng, kita gak tau mereka dan mereka gak tau kita. Memang, sesekali terlihat orang yang jalan-jalan sendiri muter-muterin alun-alun, dan kalau pake baju merah (atau analogusnya), gue bertanya-tanya "jangan-jangan itu anak KK". Yang komunikasi lancar waktu itu adalah Dhimas, yang mengatakan dia sudah datang dan lagi berteduh di depan sekolah sambil melihat dedek-dedek gemes, Dhimas pun bergerak ke alun-alun tempat gue menunggu dan kita pun bertemu #tsah. Bersamanya, gue pun nyamperin segerombolan cewek-cewek yang pake baju merah yang kemungkinan besar anak KK juga--dan ternyata benar.
Ketika kita sudah membentuk gerombolan (bukan sendiri-sendiri kayak tadi lagi) maka akan lebih mudah buat yang baru datang untuk menemukan. Kita pun cari tempat duduk yang adem di bawah pohon yang lebih rindang daripada tempat gue nunggu tadi, dan satu persatu kawancut pun berdatangan.
Kopdar pun dimulai dengan perkenalan, setelah perkenalan, bingung. Ya, problem kopdar pertama lainnya adalah, karena belum kenal, maka masih pada malu-malu dan diem-dieman. Obrolan belum secara alami mengalir dan sempat beberapa kali tejadi silent moment. Gue pun mencoba buka bahasan dengan membawa buku yang berpengaruh untuk gue dalam mengenal dunia blog dan media sosial yakni Why Did The Chicken Browse Social Media? karya Diki Andeas dan Rezeki Nomplok Dari Kontes Blog karya Harris Maulana. Buku-buku itu digilir kalau ada yang tertarik untuk membacanya, namun gak begitu lama, hening kembali terjadi. Ini wajar. Dan pada akhirnya memang membiarkan percakapan terjadi dengan sendirinya memang cara terbaik, dimulai dari ngobrolin dan nanya-nanya ke yang duduk di sebelahnya, yang kampusnya sama ngomongin kampus, yang jurusannya sama ngomongin jurusan, dan sebagainya, untuk mengakrabkan diri terlebih dahulu.
Satu lagi yang cukup bisa memecah suasana hening adalah hadirnya cemilan, terbukti ketika Mbak Ria dan Ashya datang membawa cemilan, suasana mulai rame (eh apa gue doang yang rame karena makan terus ya? hahaha).
Kalau satu obrolan sudah habis dan kembali ke sesi hening, kita bertanya "ngapain lagi ya?", lalu ada pertanyaan "emangnya kalo kopdar biasanya ngapain?" yang mana gue juga bertanya sendiri ke diri gue "iya yah, kemaren kalo kopdar ngapain aja sih?". Dan gue berkesimpulan, biasanya gue dateng kopdar bukan buat acaranya apa dan apa yang akan kita lakukan di sana, tapi emang cuma pengen ketemu sama orang-orang yang selama ini kita kenal di dunia maya. Ya, cuma pengen ketemuan, menurut gue, di situlah esensi kopdar. Mungkin alasan kita bingung mau ngapain segala macem karena kita kurang kenal di dunia maya dan jarang berkomunikasi? Atau memang karena masih canggung aja pertama kali ketemu orang baru. Apapun itu, untunglah kopdar kali ini memiliki beberapa agenda yang seru-seru, seperti tukar kado dan bikin video.
Karena mau hujan--padahal tadinya panas--kita pun pindah ke Taman Bentoel Trunojoyo bagian Selatan. Benar saja, baru aja kita pindah dan sampe di tamannya, hujan langsung deras banget disertai angin. Kita pun sampe ndusel-ndusel berteduh biar gak kehujanan. Di saat hujan ini kita isi dengan ngobrol-ngobrol bebas, sampe muncul singkatan-singkatan KK yang baru seperti "Kopdar Kehujanan", "Kebelet Kencing", dan "Kolor Kebasahan".
Habis hujan, terbitlah lapar. Kita pun bergerak lagi ke warung bakso terdekat untuk mendapatkan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kelaparan). Tapi begitu sampe di depan warung baksonya, ternyata jalannya keblock oleh banjir, kita gak bisa masuk. Mau masuk warung bakso doang jadi berasa kancil yang mau menyebrangi sungai buaya. Setelah perahu karet tim SAR dan helikopter penyelamat tak kunjung datang untuk membawa kami kesebrang, mas-mas bakso nya menaruh kursi sebagai jembatan kami menyebrang. Maka muncul singkatan KK yang lain: "Kuliner Kebanjiran". Perjuangan makan bakso tak pernah sedramatis ini. Setelah makan bakso, kita pun kembali ke taman untuk membuat video dan tukeran kado. Setelah itu pulang deh ke habitat masing-masing.
perjuangan menggapai bakso. (foto by: Dewi) |
Seru rasanya bisa merasakan kembali kopdar pertama kali dengan orang-orang baru yang belum pernah kenal. Merasakan sensasi dari canggung ngomong sampai lama-lama akrab sampe bisa becanda-becanda dan ketawa-ketiwi bareng. Dan kalau dipikir-pikir itu semua terjadi hanya karena kita adalah sama-sama blogger, keren banget.
ENJOY YOUR DAY!